Senin, 28 September 2009

PENILAIAN AKUNTANSI DAN KLASIFIKASI AREA KULTUR

PENILAIAN AKUNTANSI DAN KLASIFIKASI AREA KULTUR
Membuat formulasi hipotesis yang sesuai dengan nilai-nilai sosial untuk penilaian akuntansi internasional menjelaskan bahwa pentingnya nilai-nilai sosial pada tingkatan subkultur akuntansi yang rupanya menjadi ketidakpastian dan individualisme. Saat kekuatan jarak dan maskulinitas juga menjadi sesuatu yang berarti, maskulinitas memperlihatkan apa yang menjadi lebih penting dalam penilaian sistem akuntansi.

Hal itu didukung oleh klasifikasi area kultur didalam konteks kombinasi nilai-nilai akuntansi. Untuk mendukung pernyataan tersebut maka digunakanlah perbedaan yang dibuat diantara kepentingan untuk sistem akuntansi.

Nilai-nilai akuntansi lebih relevan untuk aturan profesional atau kekuasaan untuk sistem akuntansi dan pelaksanaannya dirasa lebih menjadi profesional dan ruang keseragaman dalam menyangkutkannya dengan regulasi dan pelaksanaan yang ada atau kecocokannya. Menurutnya, hal itu dapat dikombinasikan dan diklasifikasi dari hipotesis area kultur pada dasar analisis mereka pad gambar 3: dalam referensi pendapat mereka ada hal yang membuat hubungan itu relevan diantara dimensi nilai dan hasil kelompok dari suatu daerah yang diidentifikasi dari analisis statistik yang dikeluarkan oleh hofstede (1980,pp,223, 316). Dari klasifikasi itu kita dapat melihat dengan jelas bahwa anglo dan nordic berada didalam area kultur yang berlawanan dengan jerman dan daerah latin yang berada pada satu area. Sedangkan jepang, near eastern, less developed latin, less developed asian dan african berada dalam satu kultur.

Nilai-nilai akuntansi lebih relevan untuk penggunaan praktik pengukuran dan pengungkapan tingkat informasi secara jelas bahwa dia sangat konservatif dan rahasia. Menurutnya, mereka dapat mengkombinasikan dan mengklasifikasikan kultur area hipotesis pada dasar keputusan sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar 4.




SISTEM AKUNTANSI: KEKUASAAN DAN PELAKSANAANYA

Dalam membuat klasifikasi referensi juga membuat hubungan yang relevan diantara nilai-nilai dan hasil dari daerah yang diidentifikasi analisis statistik yang dikeluarkan oleh hofstede (1980,pp,316,324). Disini kita dapat melihat secara jelas divisi kultur di dalam grup dimana koloni asia yang tidak berhubungan dengan anglo dan nordic dan juga jerman, more developed latin yang mana mempunyai hubungan tertutup dengan jepang, less developed asian,afrika,less developed latin dan juga near eastern area.
SISTEM AKUNTANSI : PENGUKURAN DAN PENGUNGKAPAN


RINGKASAN DAN KESIMPULAN
Dari penelitian ini memperlihatkan adanya perbedaan pola akuntansi dan bahwa pengembangan sistem nasional dari pelaporan keuangan perusahaan adalah berhubungan untuk faktor lingkungan., identifikasi pada pola dan faktor yang berpengaruh meliputi kontroversi yang ada. Hal yang berarti dari kultur didalam konteks sejauh ini masih jelas dan relatif adalah isu yang diabaikan didalam pengembangan ide mengenai klasifikasi internasional.

Selasa, 15 September 2009

2. RESOLUSI ATAS TIGA ISU AKUNTANSI
Sebagai suatu alat untuk mengevaluasi manfaat-manfaat potensial, tujuan-tujuan dan definisi yang dirumuskan FASB mungkin menyediakan pemecahan isu-isu akuntansi, kami memilih tiga isu yang telah diperdebatkan selama beberapa waktu dan menerima banyak perhatian dari para akuntan dan lainnya. Isu-isu tersebut adalah: (1) kredit yang ditangguhkan, (2) perlakuan biaya dalam eksplorasi pada industri minyak dan gas, dan (3) laporan-laporan atas nilai saat ini (current value) aset dan kewajiban.

Kredit yang Ditangguhkan
FASB mendefinisikan kewajiban sebagai “representasi keuangan atas obligasi dari perusahaan tertentu untuk mentransfer sumber daya ekonomi kepada entitas lain di masa depan sebagai suatu hasil dari suatu transaksi atau kejadian lampau yang mempengaruhi perusahaan” [FASB, 1977, par. 49]. Tidak ada referensi spesifik mengenai kredit yang ditangguhkan dalam bagian ini, walau referensi yang dibuat bagi kewajiban muncul dari pengumpulan kas atau sumber daya lain sebelum menyediakan barang atau jasa, atau dari penjualan produk yang merupakan subjek jaminan. Juga dinyatakan bahwa “keterlaksanaan legal dari suatu klaim bukan suatu prasyarat untuk menganggapnya sebagai suatu kewajiban” jika transfer masa depan mungkin.
APB, dalam Pernyataan No. 4, lebih langsung:

Kewajiban—obligasi ekonomi dari suatu perusahaan yang diakui dan diukur dalam kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Kewajiban juga meliputi kredit ditangguhkan tertentu yang bukan merupakan obligasi tetapi diakui dan diukur dalam kesesuaian dengan prinsip akuntansi g diterima umum [AICPA, 1970, par. 20].

Definisi FASB mengenai kewajiban sangatlah umum sehingga pada tahap ini kita tidak dapat memprediksi posisi Dewan atas pajak yang ditangguhkan. Bagaimanapun, mereka yang memilih pengakuan atas pajak yang ditangguhkan dapat menggunakan beberapa interpretasi luas dari definisi FASB mengenai kewajiban untuk menyesuaikan dimasukkannya pajak ditangguhkan sebagai suatu elemen laporan keuangan, secara khusus pada tingkat aset individu. Sebaliknya, mereka yang tidak mengakui dapat menerima pernyataan FASB secara harfiah dan menolak dimasukkannya pajak yang ditangguhkan. Jadi, definisi yang luas ini tidak akan membantu memecahkan isu ini.

Akuntansi untuk Biaya Eksplorasi Minyak dan Gas
Lebih sedikit kontroversi yang mengelilingi isu bagaimana untuk menghitung biaya eksplorasi minyak. Isu ini dihadapi dalam industri minyak dua dekade lalu saat metode full-cost diperkenalkan.
Hatfield menganggap masalah apakah biaya akuisisi dari eksperimen yang berhasil harus dibatasi pada biaya eksperimen yang berhasil itu saja atau apakah mereka juga harus memasukkan biaya dari eksperimen yang tidak berhasil. Jadi, debat antara full-cost versus usaha yang berhasil merupakan bagian dari isu yang lebih umum mengenai apa yang membentuk biaya suatu aset saat proses akuisisi beresiko.
Faktanya bahwa kerangka kerja yang mendukung kedua prinsip akuntansi merupakan bukti awal bahwa kerangka tersebut tampaknya tidak berguna dalam memecahkan isu ini.

Memilih Dasar Penilaian untuk Aset dan Kewajiban
Terdapat kontroversi antara penggunaan historical cost accounting dengan current value sebagai dasar yang digunakan menilai aset dan kewajiban.
Karena kesimpulan kita mengenai nilai potensial dan pengaruh tujuan dan definisi yang dirumuskan FASB pesimistis, kita dibawa untuk menyelidiki hakikat tujuan akuntansi keuangan dan kesulitan fundamental mendefinisikannya dalam suatu latar sosial.

3. HAKIKAT TUJUAN AKUNTANSI KEUANGAN
Tujuan adalah sesuatu yang kepadanyalah usaha diarahkan, suatu kehendak atau akhir dari tindakan, suatu sasaran [FASB, 1974; hal. 13].

Akuntansi keuangan merupakan suatu aktivitas sosial atau multiperson. Anggota masyarakat terlibat dalam akuntansi keuangan atau dalam kegiatan sosial lainnya jika mereka termotivasi oleh sasaran dan tujuan individual mereka.Kita akan mengasumsikan bahwa arti dari istilah “sasaran” dan “tujuan”, sebagaimana diterapkan pada individu-individu atau grup individu yang homogen, terbukti sendiri bagi tujuan dari pembahasan ini. Ditetapkan suatu definisi yang jelas mengenai tujuan yang memotivasi tiap individu untuk terlibat dalam suatu aspek dari suatu kegiatan sosial, makna apa yang dapat kita letakkan pada istilah “tujuan” jika tujuan diterapkan tidak pada individu-individu atau grup, tetapi pada kegiatan itu sendiri? Dalam keadaan apa suatu kegiatan sosial dapat dikatakan memiliki tujuan?
Kami mengusulkan tiga interpretasi berbeda mengenai makna dari tujuan suatu kegiatan sosial: tujuan fungsional, tujuan umu, dan tujuan grup dominan. Dalam bagian ini pertama-tama kami akan menjelaskan makna dan implikasi dari setiap interpretasi dan kemudian menguji hakikat/sifat dasar tujuan akuntansi keuangan dipandang dari sudut interpretasi-interpretasi ini.

Tujuan Fungsional
Kesatuan tujuan-tujuan individu dapat dirujuk sebagai tujuan dari kegiatan sosial dalam suatu pengertian fungsional. Suatu penjelasan fungsional atas fenomena sosial mengasumsikan bahwa konsekuensi dari suatu susunan atau perilaku sosial merupakan elemen penting bagi penyebab perilaku tersebut (lihat Stinchcombe [1968], khususnya hal 80-100). Tujuan-tujuan yang memotivasi individu untuk terlibat dalam suatu kegiatan pada suatu dasar yang berkelanjutan harus juga menjadi konsekuensi (akibat) dari kegiatan tersebut; jika tidak, indivisu-individu tidak akan melanjutkan untuk terlibat di dalamnya. Jadi, penjelasan fungsional menunjukkan bahwa kesatuan tujuan individual dapat diidentifikasi tanpa menyelidiki motivasi individu dengan secara sederhana mengamati rangkaian konsekuensi dari kegiatan sosial tersebut. Konsekuensi-konsekuensi ini sendiri, oleh karena itu, dapat dipandang sebagai tujuan-tujuan dr kegiatan sosial tersebut. Karena konsekuensi merupakan fenomena yang dapat diamati, maka secara objektif dapat ditentukan. Bagaimanapun, rangkaian konsekuensi bisa sangat besar sehingga suatu deskripsi yang kompleks dan panjang lebar bisa menjadi hasilnya. Meski demikian, suatu pernyataan mengenai konsekuensi merupakan salah satu interpretasi yang mungkin mengenai tujuan dari suatu kegiatan sosial.

Tujuan Umum
Kemungkinan kedua ialah mendefinisikan titik potong dari tujuan individual, contohnya, sub-rangkaian tujuan relatif umum bagi semua individu, sebagai tujuan kegiatan sosial. Menurut definisinya, tujuan umum sama dengan atau lebih kecil jumlahnya daripada tujuan fungsional. Jika seluruh individu termotivasi oleh serangkaian tujuan yang identik, tujuan umum sama saja dengan tujuan fungsional; jika setiap individu termotivasi oleh tujuan-tujuan yang berbeda, titik potongnya nihil dan tidak ada tujuan umum.

Tujuan Grup Dominan
Kemungkinan interpretasi ketiga tujuan dari kegiatan sosial adalah tujuan dari seorang individu atau sub-rangkaian/sub-bagian dari seluruh individu dalam komunitas yang mampu, melalui mekanisme apapun, untuk memaksakan kehendaknya pada yang lain yang terlibat dalam kegiatan. Dengan kehadiran suatu grup dominan tersebut, tujuan individu-individu yang tidak termasuk dalam grup tersebut menjadi tidak relevan, karena tujuan grup dominan menjadi tujuan dari kegiatan sosial. Tentu saja, interpretasi ini tidak dapat digunakan jika grup dominan tidak memiliki kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya kepada masyarakat.

Akuntansi sebagai Suatu Kegiatan Sosial
Akuntansi merupakan kegiatan sosial yang di dalamnya terlibat: (1) manajer perusahaan yang menjalankan aktivitas yang dicatat oleh sistem akuntansi; (2) akuntan perusahaan yang mengumpulkan data dan mengompilasi laporan-laporan; (3) auditor yang memeriksa dan memastikan kewajaran laporan; (4) pemerintah dan agen swasta, investor, karayawan, pelanggan, dan lain-lain, yang membaca laporan tersebut; dan (5) personil perguruan tinggi dan universitas yang mendidik siswanya mengenai akuntansi. Setiap grup individu yang terlibat dalam akuntansi keuangan masing-masing memiliki motif pribadi atau tujuan yang membawanya terlibat. Dipandang dari tiga interpretasi yang mungkin mengenai tujuan dari kegiatan sosial yang dibahas di atas, makna apa yang dapat kita letakkan pada tujuan akuntansi keuangan?

Interpretasi Fungsional atas Tujuan Akuntansi
Berikut beberapa tujuan akuntansi yang memenuhi syarat interpretasi fungsional:
1. Meningkatkan penggunaan akuntan, auditor, dan pengajar akuntansi;
2. Membantu perusahaan ‘memasarkan’ keamanan mereka kepada kreditur dan investor;
3. Membantu pihak luar memantau kinerja manajemen;
4. Memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan saat ini;
5. Meminimalkan beban pajak penghasilan perusahaan;
6. Membantu mengendalikan inflasi;
7. Mengungkapkan dampak operasi perusahaan terhadap kualitas lingkungan;
8. Membantu manajemen mencegah usaha-usaha pengambilalihan yang tidak bersahabat;
9. Secara sistematis mencatat, mengklasifikasi, dan melaporkan data transaksi usaha perusahaan;
10. Membantu melaksanakan hukum anti-trust.

Interpretasi Tujuan-Umum atas Tujuan Akuntansi
Model kepentingan homogen Cyert dan Ijiri [1974] dapat dimodifikasi untuk menerapkan tujuan ini. Cyert dan Ijiri menggunakan sebuah diagram Venn untuk mengilustrasikannya. Elemen-elemen himpunan dianggap sebagai bagian-bagian informasi dimana berbagai pihak yang berkepentingan—pengguna, manajer, dan auditor—mungkin berkeinginan untuk menggunakan, menyediakan, atau memastikannya, dan titik potong antara ketiga himpunan merupakan informasi yang secara aktual disediakan oleh laporan keuangan.

Interpretasi Grup Dominan atas Tujuan Akuntansi
Tujuan grup dominan, mengasumsikan dominansi pemakai, tidak mencerminkan realitas ekonomi mengenai kekuasaan supplier dalam ‘pasar’ akuntansi, dan oleh karena itu tidak dapat dipraktikkan.

4. MENGAPA MENCARI SUATU KERANGKA KONSEPTUAL?
Mengapa badan otoritatif terus mencari tujuan-tujuan dan suatu kerangka konseptual dari akuntansi?
Alasan pertama, karena konklusi kita pada bagian kedua bahwa pernyataan-pernyataan tersebut berguna dalam memecahkan isu-isu akuntansi dan masalah penetapan standar ternyata salah.
Alasan kedua bagi pencarian kerangka konseptual dapat diberikan oleh tiga manfaat potensial yang diklaim oleh FASB dan tidak diuji dalam tulisan ini. Penerbitan kerangka konseptual dianggap dapat meningkatkan keyakinan pengguna dalam memahami laporan keuangan. Seseorang juga dapat memberikan definisi mengenai “batasan penilaian” dan komparabilitas dan menunjukkan bahwa penerbitan kerangka konseptual dapat menghasilkan konsekuensi yang diharapkan.

5. CATATAN PENUTUP
Terdapat sedikit bukti bahwa pernyataan-pernyataan resmi mengenai tujuan akuntansi keuangan memiliki pengaruh langsung pada penetapan standar akuntansi keuangan. Kapanpun APB atau FASB telah mengakui suatu standar akuntansi keuangan, berbagai kelompok kepentingan memberikan argumen-argumen untuk mendukung metode yang masing-masing dirasakan terbaik bagi kepentingannya. Standar-standar yang dikeluarkan harus disetujui bersama di antara pihak-pihak yang bersaing. Apakah proses penetapan-standar tetap pada sektor swasta, ataukah ditransfer ke beberapa kantor publik, aspek ini tampaknya tak akan berubah. Apa, kemudian, yang tampaknya akan menjadi pengaruh Proyek Kerangka Konseptual FASB terhadap pengembangan standar akuntansi keuangan di masa depan?
Perkiraan awal kami adalah bahwa tujuan-tujuan yang dipilih oleh Dewan akan diabaikan dalam kegiatan penetapan-aturan di masa akan datang, sama halnya dengan usaha-usaha otoritatif sebelumnya. Menyertai publikasi tujuan-tujuan ini, Dewan mungkin akan merasa berkewajiban untuk membayar lip service kepada mereka dalam pernyataan-pernyataan masa akan datang, tetapi pernyataan-pernyataan tersebut tidak akan terpengaruh dalam cara substantif apapun oleh apa yang termuat dalam dokumen sekarang.
Mungkin akan lebih berguna bagi FASB jika mengembangkan seperangkat tujuan untuk dirinya sendiri dan bukan untuk keseluruhan kegiatan sosial yang disebut pelaporan keuangan.
Singkatnya, FASB dapat mengasumsikan bahwa beragam fungsi dari laporan keuangan telah dilaksanakan dengan baik dan diketahui secara umum oleh mereka yang menghasilkan, mengaudit, dan menggunakan informasi akuntansi. Tugas FASB akan esensial untuk mencoba meredakan konflik kepentingan yang terjadi karena ketidaksepakatan mengenai aturan akuntansi, pengukuran, pengungkapan, dan lain-lain. Tetapi sekali peran ini diabaikan, apa yang akan menjadi keuntungan dan kerugian karena membiarkan suatu dewan swasta seperti FASB untuk mengkompromikan keputusan-keputusan? Bukankah fungsi ini sama dengan yang dilaksanakan pengadilan?
Pertanyaan ini mucul untuk mengusulkan area riset yang bermanfaat, lebih dari hanya mencoba untuk menarik kesimpulan mengenai tujuan-tujuan akuntansi keuangan. Mungkin kita dapat mencapai lebih banyak kemajuan dengan mengembangkan dan menguji teori-teori, memperhatikan mengapa suatu bagian utama dari pertanggungjawaban mengenai penetapan standar tetap bersandar pada suatu agen swasta, dan mengapa anggota profesi dan manajer perusahaan terus menkontribusikan waktu dan uangnya bagi proses pengembangan suatu kerangka konseptual.
Pernyataan FASB mengenai Tujuan-Tujuan dan
Elemen-Elemen Akuntansi Keuangan:
Suatu Tinjauan

Financial Accounting Standards Board (FASB)—Dewan Standar Akuntansi Keuangan menerbitkan suatu draft pengungkapan (exposure draft) mengenai pernyataan yang diusulkan atas Tujuan-tujuan Pelaporan Keuangan dan Elemen-elemen Laporan Keuangan dari Perusahaan Bisnis pada 29 Desember 1977. Bagian pertama dari Draft Pengungkapan, terkait dengan tujuan pelaporan keuangan, telah diterbitkan dalam bentuk yang telah direvisi setahun kemudian sebagai Statement of Financial Accounting Concepts No. 1 (SFAC 1)—Pernyataan mengenai Konsep-konsep Akuntansi Keuangan [FASB, 1978]. Pernyataan akhir mengenai elemen-elemen laporan keuangan belum diterbitkan. Dalam tulisan ini kita meninjau pernyataan FASB mengenai tujuan-tujuan (seperti yang termuat dalam SFAC 1) dan mengenai elemen-elemen (seperti yang termuat dalam Draft Pengungkapan).
Beberapa kriteria umum, selain dari konsistensi internal, telah diajukan untuk mengevaluasi kerangka-kerangka kerja. Pendekatan yang digunakan dalam tinjauan-tinjauan oleh Littleton [1962; 1963] atas monografi Moonitz [1961] dan monografi Sprouse dan Moonitz [1962]; oleh Ijiri [1971] atas Pernyataan APB No. 4 [AICPA, 1970]; oleh sebuah subkomite dari American Accounting Association (AAA) untuk menanggapi Memorandum Diskusi FASB mengenai Kerangka Konseptual [AAA, 1977b]; oleh Sterling [1967] atas Suatu Pernyataan mengenai Teori Akuntansi Dasar AAA [1966]; oleh Vatter [1963], Hanson [1940], dan Kester [1940] atas Paton dan Littleton [1940]; dan oleh Deinzer [1964] atas berbagai pernyataan yang didukung oleh AAA [1936; 1941; 1948; 1957; 1964a; 1964b] tampaknya terlalu beragam untuk menetapkan kriteria umum untuk mengevaluasi suatu kerangka konseptual. Karenanya, kami memutuskan untuk menggunakan dua kriteria dalam tinjauan kami: (1) Seberapa jauh pernyataan-pernyataan ini berbeda dengan usaha-usaha sebelumnya dalam merumuskannya; dan, tanpa memperhatikan jawaban terhadap pertanyaan (1), (2) seberapa besar pernyataan-pernyataan ini, jika diadopsi, akan menghasilkan manfaat yang diharapkan oleh FASB? Saat kita tiba pada jawaban-jawaban pesimistis terhadap kedua pertanyaan tersebut, kita diarahkan untuk mempertimbangkan dua pertanyaan selanjutnya: (a) Apa yang menjadi kesulitan fundamental dalam mengembangkan seperangkat tujuan dari akuntansi keuangan, dan (b) mengapa badan yang berwenang (otoritatif) terus-menerus mencoba mengembangkan suatu kerangka konseptual? Bagian akhir dari tulisan ini berisi ringkasan dan catatan-catatan penutup.





1. PERBANDINGAN DENGAN USAHA-USAHA
SEBELUMNYA UNTUK MENGEMBANGKAN
SUATU KERANGKA KERJA

Tujuan-tujuan
SFAC 1 terbagi atas dua bagian: Pendahuluan dan Latar Belakang, diikuti oleh Tujuan-tujuan Pelaporan Keuangan. Bagian pendahuluan meliputi sub-sub bagian mengenai: (a) laporan keuangan dan pelaporan keuangan, (b) konteks lingkungan dari tujuan-tujuan, (c) karakteristik dan batasan informasi yang disediakan, (d) pemakai-pemakai potensial dan kepentingan masing-masing, dan (e) tujuan-umum pelaporan keuangan eksternal. Laporan keuangan ditetapkan menjadi suatu sub-rangkaian dari pelaporan keuangan, tetapi tidak ada batasan yang disediakan mengenai jumlah elemen dari pelaporan keuangan yang dapat disertakan seseorang dalam laporan keuangan. Pembahasan mengenai konteks lingkungan dari akuntansi memiliki banyak kemiripan dengan pembahasan yang dilakukan oleh Moonitz [1961, Bab 2] dan oleh Accounting Principles Board in Statement No. 4—Dewan Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Pernyataan No. 4 (APBS 4) [AICPA, 1970, Bab 3]. Sebuah pembahasan mengenai karakteristik utama perekonomian Amerika Serikat dalam pernyataan mengenai tujuan-tujuan akan disesuaikan jika pembahasan tersebut disertai oleh suatu teori yang menghubungkan karakteristik berbagai perekonomian dengan sistem-sistem akuntansi keuangan alternatif. Karena tidak ada teori yang tersedia, tidaklah jelas bagaimana suatu deskripsi yang samar mengenai perekonomian Amerika Serikat berguna untuk menetapkan atau memahami tujuan-tujuan.
Dalam bagian mengenai pemakai-pemakai potensial dan tujuan-umum pelaporan keuangan dinyatakan bahwa tujuan-tujuan spesifik di sini mengacu pada tujuan-umum laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasional para pemakai eksternal yang kurang memiliki kewenangan untuk menentukan informasi keuangan yang mereka inginkan dari suatu perusahaan, suatu pernyataan yang sangat mirip dengan Tujuan No. 2 dari Trueblood Report [AICPA, 1973]. FASB sangat bersandar pada Trueblood Report saat menyatakan bahwa pelaporan keuangan “haruslah menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditur saat ini dan yang potensial, dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas bersih prospektif....” [FASB, 1978, par. 37]. Kebutuhan akan informasi kas masuk mengarahkan pada kebutuhan akan informasi mengenai “sumber daya ekonomi suatu perusahaan, hak-hak atas sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber daya kepada entitas lain dan ekuitas pemilik), dan pengaruh-pengaruh dari transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya dan hak-hak atasnya” (par. 40). Setelah lebih banyak pembahasan, Dewan tiba pada konklusi bahwa
fokus utama pelaporan akuntansi adalah informasi mengenai kinerja suatu perusahaan disediakan dengan mengukur pendapatan (earning) dan komponen-komponennya. ... Informasi mengenai pendapatan perusahaan dan komponennya yang diukur dengan akuntansi akrual secara umum memberikan suatu indikasi yang lebih baik mengenai kinerja perusahaan daripada informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas saat ini [FASB, 1978, par. 43-44].
Pernyataan terakhir ini bukanlah suatu tujuan, melainkan suatu cara untuk mencapai suatu tujuan.
Walaupun paragraf-paragraf ini mencakup banyak tujuan spesifik dari Trueblood Report, penekanan dan urutan penyajiannya berbeda. Pendekatan lain dari laporan tersebut adalah suatu penghilangan referensi apapun untuk menyediakan perkiraan keuangan dan untuk akuntansi nirlaba dan akuntansi sosial (Tujuan 10, 11, dan 12, secara berturut-turut, dari Trueblood Report).
Dalam kata-kata dan substansi, hanya sedikit yang baru atau berbeda dalam SFAC 1. FASB telah menunjuk bagian-bagian dari laporan yang telah ada, seperti APBS 4 dan Trueblood Report, FASB setuju dengan dan menekankan ketidaksetujuannya, kontribusinya akan lebih mudah dirasakan. Tanpa bantuan seperti itu, kita ditekan untuk melihat kontribusi bersih FASB atas usaha-usaha awal ini. Ditetapkan bahwa usaha-usaha otoritatif sebelumnya secara umum dianggap tidak memadai dalam membantu untuk memecahkan isu-isu akuntansi, suatu pengujian dasar mengenai kontribusi adalah tingkat dimana SFAC 1 mungkin berhasil sementara yang lainnya gagal. Kita akan menerapkan suatu pengujian seperti itu setelah membahas elemen-elemen laporan keuangan dan karakteristik-karakteristik informasi keuangan seperti yang disediakan dalam Draft Pengungkapan FASB [FASB, 1977].

Elemen-elemen Laporan Keuangan
Bagian utama yang kedua dari Draft Pengungkapan [FASB, 1977], paragraf 36 sampai dengan 66, terutama terkait dengan definisi kategori-kategori utama dari akun-akun yang muncul dalam laporan keuangan: aset, kewajiban, ekuitas pemilik, penerimaan, biaya, keuntungan, dan kerugian. Melengkapi definisi-definisi ini adalah sub-sub bagian yang berisi pembahasan-pembahasan mengenai dasar bagi definisi, kesesuaian antara usaha dan pencapaian, dan kebutuhan untuk menyediakan laporan-laporan keuangan yang saling mengkomunikasikan satu sama lain. Elemen-elemen dari laporan keuangan terintegrasi—penerimaan dan keuntungan menghasilkan, atau hasil dari, peningkatan aset, penurunan kewajiban atau kombinasi keduanya; biaya-biaya dan kerugian menghasilkan, atau hasil dari, penurunan aset, peningkatan kewajiban, dan lain-lain.
Suatu aspek penting dari definisi yang dirumuskan FASB adalah ketergantungannya pada “aturan dan konvensi akuntansi” yang tidak spesifik/tidak ditentukan [FASB, 1977, hal. 19], lagi-lagi dalam tradisi definisi yang disediakan oleh dua badan berwenang sebelumnya, American Institute of [Certified Public] Accountants’ Committee on Terminology—Komite Terminologi Institut Akuntan [Publik Bersertifikat] Amerika dan Accounting Principles Board—Dewan Prinsip Akuntansi. Kualifikasi ini menjadi tidak konsisten dengan klaim bahwa kerangka konseptual dapat membawa kepada seleksi prinsip-prinsip dan aturan yang sesuai dalam pengukuran dan pengakuan. Bagaimana bisa sebuah kerangka konseptual menuntun pilihan di antara alternatif prinsip dan aturan jika elemen-elemen kerangka kerja tersebut didefinisikan dalam istilah yang sangat mirip?
Ketergantungan definisi yang dirumuskan FASB terhadap aturan dan konvensi yang tidak spesifik memberikan dasar yang lemah mengenai bagaimana mengevaluasi definisi-definisi tersebut, karena suatu evaluasi spesifik mengenai definisi ini akan menjadi spekulatif sepanjang kita tidak mengetahui konvensi apa yang akan diadopsi oleh FASB pada tahap selanjutnya dalam proyeknya.
Aspek kedua dari definisi yang dirumuskan FASB adalah bahwa definisi tersebut menetapkan hanya kondisi-kondisi yang diperlukan bagi suatu sumber daya atau obligasi untuk dimasukkan ke dalam kategori aset atau kewajiban, berturut-turut, daripada baik kondisi yang diperlukan maupun kondisi yang memadai. Sebagai contoh, suatu sumber daya selain kas perlu memiliki tiga karakteristik agar memenuhi syarat sebagai suatu aset:
(a) sumber daya harus... memberikan kontribusi langsung atau tidak langsung bagi arus kas masuk masa depan (atau meniadakan arus kas keluar masa depan), (b) perusahaan harus mampu memperoleh manfaat darinya, dan (c) transaksi atau kejadian yang meningkatkan hak perusahaan atau manfaatnya harus telah terjadi [FASB, 1977; par. 47].

Sama halnya, tiga karakteristik juga diperlukan bagi suatu obligasi (obligation) agar memenuhi syarat sebagai suatu kewajiban (liability):
(a) obligasi tersebut harus meliputi pengorbanan sumber daya masa depan—transfer masa depan (atau suatu pendahuluan dari penerimaan maa depan) dari kas, barang, atau jasa, (b) merupakan kewajiban dari perusahaan, dan (c) transaksi atau kejadian yang meningkatkan kewajiban perusahaan harus telah terjadi [FASB, 1977; par. 49].

Karena hanya merupakan karakteristik-karakteristik yang diperlukan, kehadiran karakteristik tersebut tidak menunjukkan bahwa suatu obligasi akan memenuhi syarat sebagai suatu kewajiban atau bahwa suatu sumber daya akan memenuhi syarat sebagai suatu aset. Seluruh kondisi ini mungkin dipenuhi dan suatu obligasi mungkin tetap tidak memenuhi syarat sebagai suatu aset atau, jika tidak, sebagai suatu kewajiban. Dalam ketidakhadiran kondisi yang memadai, definisi-definisi ini akan terbatas penggunaannya bagi para akuntan.
Definisi pendapatan (revenue) dan biaya (expense) yang diberikan oleh FASB mengikuti praktik tradisional dalam mendefinisikan hal ini sebagai peningkatan dan penurunan aset atau penurunan dan peningkatan kewajiban, berturut-turut, menetapkan bahwa perubahan dalam aset dan kewajiban terkait dengan kegiatan penerimaan perusahaan (didefinisikan secara luas). Keuntungan dan kerugian didefinisikan sebagai peningkatan dan penurunan aset bersih, selain dari pendapatan dan biaya atau investasi dan penarikan oleh pemilik.
Definisi pendapatan dan biaya dalam Pernyataan APB No. 4 [AICPA, 1970] sama dengan di atas kecuali bahwa definisinya di sini tidak secara eksplisit membedakan antara pendapatan dan keuntungan, tidak juga antara biaya dan kerugian. Suatu pembedaan antara pendapatan dan keuntungan juga dibuat oleh Sprouse dan Moonitz [1962, hal. 50] dan oleh Paton dan Littleton [1940, hal. 60]. Tetapi jika suatu pembedaan antara biaya dan kerugian dibuat oleh Sprouse dan Moonitz, Paton dan Littleton tidak melakukan hal tersebut. Kenyataannya, mereka bahkan tidak memberikan suatu definisi yang eksplisit atas biaya, yang konsisten dengan penekanan mereka pada cost daripada perbedaan biaya-aset. Tidak, hingga pembahasan mereka mengenai pemasukan/laba (income) di mana Paton dan Littleton menekankan suatu perbedaan antara cost yang dipertandingkan dengan pendapatan (biaya-biaya) dan deferal/penangguhannya di periode akan datang (aset). [1940, Bab V].
Secara keseluruhan, perbedaan antara definisi yang dirumuskan oleh FASB dan APB kecil dan tampaknya tidak penting. Suatu pembahasan eksplisit mengenai sumber utama dari ketidaksetujuan telah lebih bermanfaat daripada serangkaian definisi “baru”.

Karakteristik dan Batasan Informasi Keuangan
Suatu bagian dari bagian utama terkahir dari Draft Pengungkapan telah dimasukkan dalam bagian pendahuluan SFAC 1. Di sana kita menemukan pernyataan-pernyataan mengenai: (a) kepercayaan akuntansi terhadap transaksi moneter, (b) penekanan akan laporan keuangan pada perusahaan individual dan bukan pada pelanggan individual atau pada masyarakat sebagai suatu keseluruhan, (c) peran estimasi dalam akuntansi, (d) fakta bahwa banyak dari informasi keuangan menggambarkan kejadian-kejadian lampau, (e) keberadaan sumber lain bagi informasi keuangan, dan (f) cost/biaya pelaporan akuntansi.
“Kualitas” informasi akuntansi yang diharapkan yang banyak dikenal, seperti relevansi, bebas dari bias, dapat diperbandingkan, konsistensi, dapat dipahami, dapat diverifikasi, dan lain-lain, juga disebutkan dalam Draft Pengungkapan, tetapi dikecualikan dari SFAC 1. FASB mengakui bahwa pertukaran antara kualitas-kualitas ini tidak secara mudah dilakukan dalam praktiknya. Tujuan dan definisi elemen-elemen laporan keuangan diharapkan menuntun Dewan pada fase-fase selanjutnya dari proyek kerangka konseptual saat isu pertukaran ini muncul dalam bentuk yang lebih kongkrit.
Karakteristik dan “kualitas” yang diharapkan dari informasi akuntansi yang dibahas dalam Draft Pengungkapan familiar bagi akuntan dan muncul sebagai tujuan-tujuan “kualitatif” dalam Pernyataan APB No. 4 dan sebagai komponen dari konsep-konsep akuntansi atau sebagai dalil-dalil dalam kerangka konseptual lainnya.
Tinjauan SFAC 1 dan bagian-bagian tertentu dari Draft Pengungkapan di atas mengungkapkan sedikit yang baru mengenai tujuan-tujuan pelaporan keuangan dan definisi dari elemen-elemen laporan keuangan. Kurangnya sesuatu yang baru, tentu saja, tidak menunjukkan ketidakbergunaan. Cukup mungkin bahwa usaha FASB menghasilkan beberapa manfaat potensial. FASB telah mengajukan bahwa manfaat-manfaat berikut dapat menjadi manifestasi sebagai suatu hasil pencapaian kesepakatan mengenai kerangka konseptual [1976c; par. 5-6]:
1. Menuntun badan yang bertanggungjawab untuk menetapkan standar-standar,
2. Memberikan suatu kerangka referensi untuk memecahkan pertanyaan-pertanyaan akuntansi dalam ketiadaan suatu standar spesifik yang disebarluaskan,
3. Menentukan batas-batas penilaian dalam menyiapkan laporan keuangan,
4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pengguna laporan keuangan akan laporan keuangan, dan
5. Mengembangkan komparabilitas.

Dalam meninjau bagian awal dari kerangka konseptual ini, mungkin adil menanyakan seberapa beralasan untuk mengharapkan bahwa manfaat-manfaat yang disebutkan di atas akan terealisasi secara aktual.

Kamis, 10 September 2009

benarkah semua orang bisa mencintai.??
dalam diri setiap manusia sebenarnya tersimpan naluri menyayangi yang sangat besar..
tapi terkadang seseorang tak mampu mengolahnya hingga terkadang seseorang salah menyampaikannya terhadap orang yang disayanginya sendiri...
bagaimana cara menyampaikan kasih sayang itu,?? jawabannya sebenarnya hanya diri kita yang tahu karena diri kitalah yang merasakannya...
yang jelas saling memahami,, mempercayai,, dan tidak egois akan membantu agar komunikasi antara kalian berdua bisa berjalan lancar.....

Minggu, 06 September 2009

hidup adalah sebuah perjuangan,, perjuangan dalam melakukan segala hal,, terkadang kita dihadapkan pada banyak pilihan maka disitulah kita dituntut untuk berjuang memilih yang terbaik untuk kita...