Selasa, 15 September 2009

2. RESOLUSI ATAS TIGA ISU AKUNTANSI
Sebagai suatu alat untuk mengevaluasi manfaat-manfaat potensial, tujuan-tujuan dan definisi yang dirumuskan FASB mungkin menyediakan pemecahan isu-isu akuntansi, kami memilih tiga isu yang telah diperdebatkan selama beberapa waktu dan menerima banyak perhatian dari para akuntan dan lainnya. Isu-isu tersebut adalah: (1) kredit yang ditangguhkan, (2) perlakuan biaya dalam eksplorasi pada industri minyak dan gas, dan (3) laporan-laporan atas nilai saat ini (current value) aset dan kewajiban.

Kredit yang Ditangguhkan
FASB mendefinisikan kewajiban sebagai “representasi keuangan atas obligasi dari perusahaan tertentu untuk mentransfer sumber daya ekonomi kepada entitas lain di masa depan sebagai suatu hasil dari suatu transaksi atau kejadian lampau yang mempengaruhi perusahaan” [FASB, 1977, par. 49]. Tidak ada referensi spesifik mengenai kredit yang ditangguhkan dalam bagian ini, walau referensi yang dibuat bagi kewajiban muncul dari pengumpulan kas atau sumber daya lain sebelum menyediakan barang atau jasa, atau dari penjualan produk yang merupakan subjek jaminan. Juga dinyatakan bahwa “keterlaksanaan legal dari suatu klaim bukan suatu prasyarat untuk menganggapnya sebagai suatu kewajiban” jika transfer masa depan mungkin.
APB, dalam Pernyataan No. 4, lebih langsung:

Kewajiban—obligasi ekonomi dari suatu perusahaan yang diakui dan diukur dalam kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Kewajiban juga meliputi kredit ditangguhkan tertentu yang bukan merupakan obligasi tetapi diakui dan diukur dalam kesesuaian dengan prinsip akuntansi g diterima umum [AICPA, 1970, par. 20].

Definisi FASB mengenai kewajiban sangatlah umum sehingga pada tahap ini kita tidak dapat memprediksi posisi Dewan atas pajak yang ditangguhkan. Bagaimanapun, mereka yang memilih pengakuan atas pajak yang ditangguhkan dapat menggunakan beberapa interpretasi luas dari definisi FASB mengenai kewajiban untuk menyesuaikan dimasukkannya pajak ditangguhkan sebagai suatu elemen laporan keuangan, secara khusus pada tingkat aset individu. Sebaliknya, mereka yang tidak mengakui dapat menerima pernyataan FASB secara harfiah dan menolak dimasukkannya pajak yang ditangguhkan. Jadi, definisi yang luas ini tidak akan membantu memecahkan isu ini.

Akuntansi untuk Biaya Eksplorasi Minyak dan Gas
Lebih sedikit kontroversi yang mengelilingi isu bagaimana untuk menghitung biaya eksplorasi minyak. Isu ini dihadapi dalam industri minyak dua dekade lalu saat metode full-cost diperkenalkan.
Hatfield menganggap masalah apakah biaya akuisisi dari eksperimen yang berhasil harus dibatasi pada biaya eksperimen yang berhasil itu saja atau apakah mereka juga harus memasukkan biaya dari eksperimen yang tidak berhasil. Jadi, debat antara full-cost versus usaha yang berhasil merupakan bagian dari isu yang lebih umum mengenai apa yang membentuk biaya suatu aset saat proses akuisisi beresiko.
Faktanya bahwa kerangka kerja yang mendukung kedua prinsip akuntansi merupakan bukti awal bahwa kerangka tersebut tampaknya tidak berguna dalam memecahkan isu ini.

Memilih Dasar Penilaian untuk Aset dan Kewajiban
Terdapat kontroversi antara penggunaan historical cost accounting dengan current value sebagai dasar yang digunakan menilai aset dan kewajiban.
Karena kesimpulan kita mengenai nilai potensial dan pengaruh tujuan dan definisi yang dirumuskan FASB pesimistis, kita dibawa untuk menyelidiki hakikat tujuan akuntansi keuangan dan kesulitan fundamental mendefinisikannya dalam suatu latar sosial.

3. HAKIKAT TUJUAN AKUNTANSI KEUANGAN
Tujuan adalah sesuatu yang kepadanyalah usaha diarahkan, suatu kehendak atau akhir dari tindakan, suatu sasaran [FASB, 1974; hal. 13].

Akuntansi keuangan merupakan suatu aktivitas sosial atau multiperson. Anggota masyarakat terlibat dalam akuntansi keuangan atau dalam kegiatan sosial lainnya jika mereka termotivasi oleh sasaran dan tujuan individual mereka.Kita akan mengasumsikan bahwa arti dari istilah “sasaran” dan “tujuan”, sebagaimana diterapkan pada individu-individu atau grup individu yang homogen, terbukti sendiri bagi tujuan dari pembahasan ini. Ditetapkan suatu definisi yang jelas mengenai tujuan yang memotivasi tiap individu untuk terlibat dalam suatu aspek dari suatu kegiatan sosial, makna apa yang dapat kita letakkan pada istilah “tujuan” jika tujuan diterapkan tidak pada individu-individu atau grup, tetapi pada kegiatan itu sendiri? Dalam keadaan apa suatu kegiatan sosial dapat dikatakan memiliki tujuan?
Kami mengusulkan tiga interpretasi berbeda mengenai makna dari tujuan suatu kegiatan sosial: tujuan fungsional, tujuan umu, dan tujuan grup dominan. Dalam bagian ini pertama-tama kami akan menjelaskan makna dan implikasi dari setiap interpretasi dan kemudian menguji hakikat/sifat dasar tujuan akuntansi keuangan dipandang dari sudut interpretasi-interpretasi ini.

Tujuan Fungsional
Kesatuan tujuan-tujuan individu dapat dirujuk sebagai tujuan dari kegiatan sosial dalam suatu pengertian fungsional. Suatu penjelasan fungsional atas fenomena sosial mengasumsikan bahwa konsekuensi dari suatu susunan atau perilaku sosial merupakan elemen penting bagi penyebab perilaku tersebut (lihat Stinchcombe [1968], khususnya hal 80-100). Tujuan-tujuan yang memotivasi individu untuk terlibat dalam suatu kegiatan pada suatu dasar yang berkelanjutan harus juga menjadi konsekuensi (akibat) dari kegiatan tersebut; jika tidak, indivisu-individu tidak akan melanjutkan untuk terlibat di dalamnya. Jadi, penjelasan fungsional menunjukkan bahwa kesatuan tujuan individual dapat diidentifikasi tanpa menyelidiki motivasi individu dengan secara sederhana mengamati rangkaian konsekuensi dari kegiatan sosial tersebut. Konsekuensi-konsekuensi ini sendiri, oleh karena itu, dapat dipandang sebagai tujuan-tujuan dr kegiatan sosial tersebut. Karena konsekuensi merupakan fenomena yang dapat diamati, maka secara objektif dapat ditentukan. Bagaimanapun, rangkaian konsekuensi bisa sangat besar sehingga suatu deskripsi yang kompleks dan panjang lebar bisa menjadi hasilnya. Meski demikian, suatu pernyataan mengenai konsekuensi merupakan salah satu interpretasi yang mungkin mengenai tujuan dari suatu kegiatan sosial.

Tujuan Umum
Kemungkinan kedua ialah mendefinisikan titik potong dari tujuan individual, contohnya, sub-rangkaian tujuan relatif umum bagi semua individu, sebagai tujuan kegiatan sosial. Menurut definisinya, tujuan umum sama dengan atau lebih kecil jumlahnya daripada tujuan fungsional. Jika seluruh individu termotivasi oleh serangkaian tujuan yang identik, tujuan umum sama saja dengan tujuan fungsional; jika setiap individu termotivasi oleh tujuan-tujuan yang berbeda, titik potongnya nihil dan tidak ada tujuan umum.

Tujuan Grup Dominan
Kemungkinan interpretasi ketiga tujuan dari kegiatan sosial adalah tujuan dari seorang individu atau sub-rangkaian/sub-bagian dari seluruh individu dalam komunitas yang mampu, melalui mekanisme apapun, untuk memaksakan kehendaknya pada yang lain yang terlibat dalam kegiatan. Dengan kehadiran suatu grup dominan tersebut, tujuan individu-individu yang tidak termasuk dalam grup tersebut menjadi tidak relevan, karena tujuan grup dominan menjadi tujuan dari kegiatan sosial. Tentu saja, interpretasi ini tidak dapat digunakan jika grup dominan tidak memiliki kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya kepada masyarakat.

Akuntansi sebagai Suatu Kegiatan Sosial
Akuntansi merupakan kegiatan sosial yang di dalamnya terlibat: (1) manajer perusahaan yang menjalankan aktivitas yang dicatat oleh sistem akuntansi; (2) akuntan perusahaan yang mengumpulkan data dan mengompilasi laporan-laporan; (3) auditor yang memeriksa dan memastikan kewajaran laporan; (4) pemerintah dan agen swasta, investor, karayawan, pelanggan, dan lain-lain, yang membaca laporan tersebut; dan (5) personil perguruan tinggi dan universitas yang mendidik siswanya mengenai akuntansi. Setiap grup individu yang terlibat dalam akuntansi keuangan masing-masing memiliki motif pribadi atau tujuan yang membawanya terlibat. Dipandang dari tiga interpretasi yang mungkin mengenai tujuan dari kegiatan sosial yang dibahas di atas, makna apa yang dapat kita letakkan pada tujuan akuntansi keuangan?

Interpretasi Fungsional atas Tujuan Akuntansi
Berikut beberapa tujuan akuntansi yang memenuhi syarat interpretasi fungsional:
1. Meningkatkan penggunaan akuntan, auditor, dan pengajar akuntansi;
2. Membantu perusahaan ‘memasarkan’ keamanan mereka kepada kreditur dan investor;
3. Membantu pihak luar memantau kinerja manajemen;
4. Memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan saat ini;
5. Meminimalkan beban pajak penghasilan perusahaan;
6. Membantu mengendalikan inflasi;
7. Mengungkapkan dampak operasi perusahaan terhadap kualitas lingkungan;
8. Membantu manajemen mencegah usaha-usaha pengambilalihan yang tidak bersahabat;
9. Secara sistematis mencatat, mengklasifikasi, dan melaporkan data transaksi usaha perusahaan;
10. Membantu melaksanakan hukum anti-trust.

Interpretasi Tujuan-Umum atas Tujuan Akuntansi
Model kepentingan homogen Cyert dan Ijiri [1974] dapat dimodifikasi untuk menerapkan tujuan ini. Cyert dan Ijiri menggunakan sebuah diagram Venn untuk mengilustrasikannya. Elemen-elemen himpunan dianggap sebagai bagian-bagian informasi dimana berbagai pihak yang berkepentingan—pengguna, manajer, dan auditor—mungkin berkeinginan untuk menggunakan, menyediakan, atau memastikannya, dan titik potong antara ketiga himpunan merupakan informasi yang secara aktual disediakan oleh laporan keuangan.

Interpretasi Grup Dominan atas Tujuan Akuntansi
Tujuan grup dominan, mengasumsikan dominansi pemakai, tidak mencerminkan realitas ekonomi mengenai kekuasaan supplier dalam ‘pasar’ akuntansi, dan oleh karena itu tidak dapat dipraktikkan.

4. MENGAPA MENCARI SUATU KERANGKA KONSEPTUAL?
Mengapa badan otoritatif terus mencari tujuan-tujuan dan suatu kerangka konseptual dari akuntansi?
Alasan pertama, karena konklusi kita pada bagian kedua bahwa pernyataan-pernyataan tersebut berguna dalam memecahkan isu-isu akuntansi dan masalah penetapan standar ternyata salah.
Alasan kedua bagi pencarian kerangka konseptual dapat diberikan oleh tiga manfaat potensial yang diklaim oleh FASB dan tidak diuji dalam tulisan ini. Penerbitan kerangka konseptual dianggap dapat meningkatkan keyakinan pengguna dalam memahami laporan keuangan. Seseorang juga dapat memberikan definisi mengenai “batasan penilaian” dan komparabilitas dan menunjukkan bahwa penerbitan kerangka konseptual dapat menghasilkan konsekuensi yang diharapkan.

5. CATATAN PENUTUP
Terdapat sedikit bukti bahwa pernyataan-pernyataan resmi mengenai tujuan akuntansi keuangan memiliki pengaruh langsung pada penetapan standar akuntansi keuangan. Kapanpun APB atau FASB telah mengakui suatu standar akuntansi keuangan, berbagai kelompok kepentingan memberikan argumen-argumen untuk mendukung metode yang masing-masing dirasakan terbaik bagi kepentingannya. Standar-standar yang dikeluarkan harus disetujui bersama di antara pihak-pihak yang bersaing. Apakah proses penetapan-standar tetap pada sektor swasta, ataukah ditransfer ke beberapa kantor publik, aspek ini tampaknya tak akan berubah. Apa, kemudian, yang tampaknya akan menjadi pengaruh Proyek Kerangka Konseptual FASB terhadap pengembangan standar akuntansi keuangan di masa depan?
Perkiraan awal kami adalah bahwa tujuan-tujuan yang dipilih oleh Dewan akan diabaikan dalam kegiatan penetapan-aturan di masa akan datang, sama halnya dengan usaha-usaha otoritatif sebelumnya. Menyertai publikasi tujuan-tujuan ini, Dewan mungkin akan merasa berkewajiban untuk membayar lip service kepada mereka dalam pernyataan-pernyataan masa akan datang, tetapi pernyataan-pernyataan tersebut tidak akan terpengaruh dalam cara substantif apapun oleh apa yang termuat dalam dokumen sekarang.
Mungkin akan lebih berguna bagi FASB jika mengembangkan seperangkat tujuan untuk dirinya sendiri dan bukan untuk keseluruhan kegiatan sosial yang disebut pelaporan keuangan.
Singkatnya, FASB dapat mengasumsikan bahwa beragam fungsi dari laporan keuangan telah dilaksanakan dengan baik dan diketahui secara umum oleh mereka yang menghasilkan, mengaudit, dan menggunakan informasi akuntansi. Tugas FASB akan esensial untuk mencoba meredakan konflik kepentingan yang terjadi karena ketidaksepakatan mengenai aturan akuntansi, pengukuran, pengungkapan, dan lain-lain. Tetapi sekali peran ini diabaikan, apa yang akan menjadi keuntungan dan kerugian karena membiarkan suatu dewan swasta seperti FASB untuk mengkompromikan keputusan-keputusan? Bukankah fungsi ini sama dengan yang dilaksanakan pengadilan?
Pertanyaan ini mucul untuk mengusulkan area riset yang bermanfaat, lebih dari hanya mencoba untuk menarik kesimpulan mengenai tujuan-tujuan akuntansi keuangan. Mungkin kita dapat mencapai lebih banyak kemajuan dengan mengembangkan dan menguji teori-teori, memperhatikan mengapa suatu bagian utama dari pertanggungjawaban mengenai penetapan standar tetap bersandar pada suatu agen swasta, dan mengapa anggota profesi dan manajer perusahaan terus menkontribusikan waktu dan uangnya bagi proses pengembangan suatu kerangka konseptual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar